Transisi Struktural Ekonomi di NTB
Pada dasarnya, perekonomian suatu negara tersusun dari sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer dalam perekonomian Indonesia terdiri dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, serta energi dan sumber daya mineral (ESDM). Selanjutnya yang termasuk ke dalam sektor sekunder ialah industri manufaktur yang terdiri dari industri pengolahan SDA, bioteknologi, elektronik, otomotif, dan peralatan lainnya. Sementara itu, sektor tersier terdiri atas semua sektor jasa, seperti dalam bidang kesehatan, pendidikan, riset dan pengembangan, perdagangan, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Peralihan dominasi kegiatan ekonomi secara struktural dari sektor primer menuju sektor sekunder kemudian sektor tersier disebut sebagai transisi ekonomi secara struktural.
Negara yang maju tentu melakukan transformasi dari ketergantungan pada sektor primer menjadi lebih berdaya saing pada sektor sekunder dan tersier. Indonesia sebagai salah satu negara yang masih berkembang juga terus mengupayakan adanya transisi ekonomi ini. Tak dapat disangkal bahwa luasnya wilayah Indonesia menjadi salah satu tantangan yang cukup besar dalam melakukan transisi ekonomi secara keseluruhan. Indonesia yang saat ini terdiri dari 38 provinsi tentu memiliki potensi yang berbeda sehingga setiap provinsi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berbeda pula. Untuk dapat mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi di suatu daerah, kita dapat memanfaatkan data PDRB.
Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu provinsi dengan PDRB ADHB terendah pada tahun 2022, tepatnya berada pada urutan ke-25 dari 34 provinsi yang ada saat itu. Kemudian, apakah Provinsi NTB juga akan menjadi salah satu daerah yang proses transisi ekonominya paling lambat? Mari kita teliti bersama!
Pada tahun 2021, ekonomi NTB mengalami pertumbuhan sebesar 2,30% jika dibandingkan tahun 2020 (c-to-c). Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Lapangan usaha Konstruksi mengalami pertumbuhan yang paling signifikan yaitu sebesar 8,94%. Hal ini merupakan tanda yang baik bagi pertumbuhan sektor industri NTB. Kemudian, pertumbuhan diikuti salah satu sektor jasa di NTB yang mulai menunjukkan potensinya, yaitu Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 7,87%. Sementara itu, lapangan usaha yang mengalami kontraksi yaitu pertambangan dan penggalian sebesar 0,15%.
Struktur PDRB NTB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku triwulan IV tahun 2021 tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian NTB masih didominasi oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 19,5%. Selanjutnya Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 18,69%, Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 13,82%, kemudian Konstruksi sebesar 10,76%. Peranan keempat lapangan usaha tersebut mencapai 62,82% dalam perekonomian NTB.
Ekonomi NTB tahun 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 6,95% jika dibandingkan dengan tahun 2021 (c-to-c). Pertumbuhan terjadi di hampir seluruh lapangan usaha, hanya satu lapangan usaha yang terkontraksi, yaitu Konstruksi sebesar -1,89%. Padahal, pada tahun sebelumnya lapangan usaha Konstruksi ini mengalami pertumbuhan yang paling signifikan. Sementara itu, lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 24,68%. Hal ini mengindikasikan bahwa lapangan usaha di sektor jasa pun memiliki potensi besar untuk tumbuh di NTB.
Pada tahun 2022, struktur PDRB NTB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan perubahan. Perekonomian NTB triwulan IV-2022 mulai didominasi oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 21,87%. Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang sebelumnya mendominasi berada pada urutan kedua, yaitu sebesar 18,61%, kemudian diikuti oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 14,14%, serta Konstruksi sebesar 9,80%. Berdasarkan data tersebut, lapangan usaha industri dan jasa di NTB memiliki potensi untuk terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya.
Adanya perubahan struktur perekonomian yang mendominasi di NTB dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menjadi lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian menunjukkan bahwa sektor primer selain pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki potensi yang cukup besar untuk mengalami pertumbuhan. Hal ini menjadi sinyal atau tanda bahwa perlahan struktur ekonomi di NTB akan terus mengalami perbaikan. Transisi dimulai di dalam sektor terlebih dahulu, kemudian bukan tak mungkin dalam struktur ekonomi yang terjadi di NTB akan terjadi transisi lintas sektor, yaitu menuju sektor sekunder dan tersier.
Referensi: