Penerapan Blue Economy di Indonesia
Blue Economy atau ekonomi biru ialah suatu istilah yang mungkin saat ini terdengar baru di tengah masyarakat. Istilah ini mulai hangat diperbincangkan setelah ramainya pembicaraan mengenai Green Economy atau ekonomi hijau. Namun, istilah ini sebenarnya sudah muncul atau mulai dikenalkan sejak tahun 2010 oleh Gunter Pauli, seorang ekonom sekaligus pendiri Zero Emission Research and Initiatives (ZERI) di Universitas PBB Tokyo. Gunter Pauli dalam bukunya yang berjudul The Blue Economy: 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs menjelaskan bahwa ekonomi biru bertujuan untuk mengantarkan masyarakat kepada kelimpahan sumber daya alih-alih menghadapi suatu kelangkaan. Beberapa prinsip pokok ekonomi biru yang disampaikan oleh Gunter Pauli ialah peningkatan efisiensi sumber daya dalam kegiatan ekonomi, nirlimbah (zero waste), inklusi sosial, dan pemerataan kesempatan kerja. Konsep ekonomi biru menjadi solusi bagi sistem kerja ekonomi dunia yang cenderung melakukan eksploitasi secara berlebihan sehingga dapat merusak lingkungan. Pada dasarnya, ekonomi biru memiliki semboyan “Blue Sky, Blue Ocean” artinya, pertumbuhan ekonomi harus terus dimaksimalkan, namun langit dan laut harus tetap biru. Penerapan ekonomi biru sangat cocok untuk negara yang memiliki wilayah perairan yang luas, seperti Indonesia.
Laut Indonesia dilimpahi kekayaan yang begitu luar biasa. Luas lautan Indonesia ialah sekitar 5,8 juta km² dengan garis pantai sepanjang 81.290 km. Lautan Indonesia sebagai penghubung antara ribuan pulau yang ada memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, di antaranya sebagai jalur transportasi, sumber energi dan pertambangan, serta tentunya sebagai sumber bahan makanan. Berdasarkan data dari Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), potensi sumber daya ikan laut di Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun. Selain itu, laut Indonesia memiliki sekitar 8500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 biota terumbu karang. Namun, sangat disayangkan, potensi yang ada ternyata belum dimaksimalkan sepenuhnya. Salah satunya ialah kondisi terumbu karang yang menyedihkan. Saat ini, terumbu karang yang memiliki kondisi baik hanya sekitar 5,3% saja.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2013, sektor perikanan memiliki laju pertumbuhan sebesar 6,97%. Angka ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang sebesar 5,06%, meskipun sektor perikanan hanya menyumbang sekitar 2 persen dari total PDB Indonesia saat itu. Hal ini jelas menunjukkan bahwa potensi perikanan yang telah ada sangat berpeluang untuk terus dikembangkan dengan program yang tepat di masa yang akan datang.
Indonesia sebagai negara maritim dengan potensi kelautan dan perikanan yang menakjubkan tersebut ternyata sudah melirik konsep ekonomi biru untuk memaksimalkan perekonomian dan selaras dengan tekad menjaga kelestarian lingkungan khususnya lingkungan kelautan. Namun, potensi yang besar juga tentunya memiliki tantangan yang lebih besar lagi. Oleh karenanya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan suatu strategi yang dapat diterapkan untuk menerapkan ekonomi biru di Indonesia. Penerapan strategi ekonomi biru tersebut di antaranya ialah peningkatan cakupan dan efektivitas kawasan konservasi perairan dengan penetapan zona restriktif dan pemberdayaan masyarakat lokal, serta pengurangan jumlah limbah laut, penataan pemanfaatan ruang laut untuk perlindungan ekosistem pesisir dan laut, penangkapan ikan terukur berbasis kuota dengan menjaga keberlanjutan sumber daya ikan, serta meningkatkan kesejahteraan nelayan.
KKP juga menyadari sepenuhnya bahwa salah satu faktor dalam kesuksesan ekonomi biru berasal dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh dan bertalenta. Untuk itu, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) saat ini memiliki 20 satuan pendidikan berbasis vokasi yaitu Politeknik Kelautan dan Perikanan. Selain itu, BRSDM juga mengadakan pelatihan kepada masyarakat untuk mendukung pelaksanaan program KKP, melakukan perekrutan penyuluh perikanan, dan mengembangkan Smart Fisheries Village. Dengan begitu, diharapkan program ekonomi biru dapat lebih cepat disukseskan di Indonesia.
Referensi:
https://alharaki.sch.id/laut-indonesia-potensi-sumber-daya-alam-lautan/