Kasus Diare di Lombok Tengah
Penyakit diare adalah salah suatu penyakit yang menyebabkan penderitanya memiliki frekuensi buang air besar (BAB) yang melampaui batas normal dengan gejala BAB encer. Menurut penelitian yang diterbitkan Scandinavian Journal of Gastroenterology, batas normal BAB ialah antara 1–3 kali sehari sampai 3 kali seminggu. Penderita diare dapat BAB hingga lebih dari 3 kali sehari. Frekuensi BAB yang berlebihan ini dapat menyebabkan dehidrasi pada tubuh penderita karena kekurangan air pada tubuhnya. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan penderita diare.
Salah satu penyebab diare adalah infeksi. Infeksi ini dapat berasal dari paparan virus, bakteri, parasit, ataupun jamur. Diare yang disebabkan oleh infeksi tersebut ternyata dapat menular dari satu individu ke individu lainnya. Cara penularannya ialah melalui feses penderita diare. Feses tersebut mengandung banyak kuman yang dapat mengontaminasi kehigienisan makanan, air, serta perlengkapan makan. Kontaminasi yang terjadi dapat memengaruhi saluran cerna orang lain, salah satunya melalui mulut yaitu ketika mengonsumsi sesuatu yang telah terkontaminasi kuman dari feses penderita diare.
Adanya paparan virus, bakteri, parasit, ataupun jamur yang menyebabkan diare tersebut dapat menunjukkan rendahnya tingkat kebersihan penderita diare dan lingkungannnya. Kesehatan diri dan lingkungan secara umum dapat dipengaruhi oleh perilaku hidup sehat atau sanitasi. Sanitasi ialah upaya dalam memelihara kesehatan dan kebersihan lingkungan. Pencapaian kesehatan diri dan lingkungan dapat dimulai dari penerapan sanitasi yang baik. Oleh karena itu, sanitasi yang baik akan menghasilkan kesehatan diri dan lingkungan yang baik pula. Dengan demikian, salah satu langkah preventif agar tidak tertular diare ialah dengan menerapkan sanitasi yang baik yaitu dengan membiasakan diri mencuci tangan, memasak makanan dan minuman hingga matang, serta terus menjaga kehigienisan bahan makanan.
Lalu bagaimana potret kasus penyakit diare di Kabupaten Lombok Tengah yang telah berhasil menuntaskan 3 pilar dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)?
Sejak tahun 2018, Pemkab Lombok Tengah telah aktif mempromosikan gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di tengah masyarakat. Kemudian pada tahun 2022 lalu, Kabupaten Lombok Tengah telah berhasil menuntaskan 3 pilar dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Ketiga pilar tersebut ialah:
- Stop BAB sembarangan
- Mencuci tangan dengan sabun
- Penanganan air minum dan makanan yang aman
Kendati demikian, apakah keberhasilan menuntaskan 3 pilar STBM tersebut lantas menjadikan kasus diare di Lombok Tengah turut berkurang?
Berdasarkan data Seksi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun 2019, Lombok Tengah menjadi kabupaten dengan jumlah target penemuan kasus diare tertinggi kedua di NTB setelah Kabupaten Lombok Timur. Dari kasus yang ditemukan, 19.956 penderita pergi untuk berobat dan dilayani di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Penderita yang dilayani di Puskesmas terindikasi memiliki diare kronis (diare yang terjadi lebih dari dua minggu). Sementara sisanya yang tidak pergi berobat terindikasi menderita diare ringan (diare yang terjadi selama beberapa hari saja). Tingginya angka penemuan kasus diare ini tentu mengindikasikan kurangnya penerapan sanitasi yang baik di tengah masyarakat Lombok Tengah saat itu.
Kemudian pada tahun 2021, menurut data Seksi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi NTB, telah terjadi pengurangan jumlah penderita diare yang berobat dan dilayani di Puskesmas Lombok Tengah, yaitu menjadi sekitar 10.465 penderita diare. Penurunan jumlah penderita diare yang berobat dan dilayani di Puskesmas ini mengindikasikan bahwa seiring berjalannya waktu, sanitasi di Lombok Tengah perlahan membaik dan penderita diare mengalami penurunan. Penurunan kasus diare ini merupakan harapan yang dapat dicapai dari penerapan sanitasi yang baik.
Data terbaru juga menunjukkan adanya penurunan kasus diare di Lombok tengah jika dibandingkan dengan data dari kabupaten lainnya. Kepala Dinas Kesehatan NTB menyatakan bahwa selama Januari 2023, kasus diare Kabupaten Lombok Tengah berada pada urutan keempat, yaitu mencapai 448 orang. Sementara di kabupaten lain ada yang hampir menyentuh 1000 kasus diare/Januari 2023. Penurunan jumlah kasus diare di Lombok Tengah ini tidak lepas dari kesuksesan Pemkab Lombok Tengah dalam menuntaskan 3 pilar STBM. Usaha aktif Pemkab Lombok Tengah sejak 2018 membuahkan hasil yaitu dapat mengurangi jumlah kasus diare di Tengah Masyarakat. Masyarakat Lombok Tengah juga diharapkan terus aktif dalam melakukan perubahan kebiasaan menjadi lebih sehat dan bersih melalui gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Referensi:
https://data.ntbprov.go.id/sites/default/files/Jumlah%20Kasus%20Diare%20Provinsi%20NTB%202021.xlsx