Apa Kabar Tingkat Akhir?

Dessanite43
3 min readJun 4, 2023

--

Tingkat akhir dalam perjalanan seorang mahasiswa digadang-gadang menjadi masa yang paling berat. Anggapan ini sepertinya sudah akrab di kalangan mahasiswa karena nyatanya tingkat akhir menjadi waktu bagi mahasiswa untuk menuntaskan tugas akhir sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapat status ‘LULUS’. Tugas akhir mahasiswa biasanya berbentuk penelitian yang harus dituangkan dalam sebuah karya ilmiah. Keberhasilan penulisan karya ilmiah ini tentunya menuntut kesiapan fisik dan mental mahasiswa.

Sebagai mahasiswa yang sebentar lagi memasuki tingkat akhir perkuliahan, saya tentu harus belajar dari pengalaman para kakak tingkat yang telah berhasil melalui tingkat akhir ini. Melalui cerita dari para dosen dan kakak tingkat, tingkat akhir di kampus kami dihiasi oleh beragam ‘patah hati’. Patah hati yang sering terdengar ialah adanya kesamaan topik dengan teman yang lain (katanya ini bisa memicu perang saudara), ketidakcocokan dengan dosen pembimbing, hingga patah hati mengenai masalah keberadaan data pendukung penelitian. Untuk meminimalisasi patah hati tersebut, saya sudah menyiapkan beberapa strategi dalam menghadapi tingkat akhir.

Strategi pertama ialah dengan banyak mencari masalah. Tenang dulu, ini bukan berarti saya memancing keributan dengan membuat masalah, ya. Mencari masalah yang saya maksud ialah mencari topik-topik yang urgent untuk diteliti, mencari tahu kira-kira masalah apa yang saat ini penting untuk diteliti dan ditemukan solusinya. Bagaimana caranya? Salah satunya ialah dengan banyak membaca. Semakin banyak kita membaca, maka kita akan semakin peka terhadap permasalahan yang ada. Apa yang dibaca? Betul! Membaca jurnal-jurnal ilmiah dan skripsi kakak tingkat adalah jawaban utama. Selain itu, bisa juga memperbanyak membaca berita mengenai permasalahan terkini, yaa siapa tahu bisa dapat inspirasi dari permasalahan yang ada. Agar lebih jelas maka bisa menentukan target jumlah bacaan, yaa minimal sehari baca 3 jurnal lah ya (siap-siap mabok jurnal).

Pembuatan karya tulis ilmiah tentunya membutuhkan kemampuan menulis yang baik. Oleh karena itu, strategi kedua yang saya lakukan untuk untuk menghadapi tingkat akhir ialah memperbanyak menulis. Memperbanyak menulis dapat meningkatkan kemampuan kita dalam mengemukakan gagasan serta menginterpretasikan data yang ada. Strategi kedua ini sepertinya sangat didukung oleh semesta melalui adanya penugasan salah satu mata kuliah untuk menulis di blog seperti ini. Menulis di blog setiap minggu sesuai tema yang diberikan memang terasa sulit pada awalnya, meski sampai sekarang ya masih terasa susah juga, sih. Namun setidaknya saya menjadi lebih terbiasa dengan situasi bingung memikirkan kata-kata yang tepat serta bagaimana merangkainya dengan baik. Dengan begitu, saya berharap kebiasaan menulis ini membuat saya tidak terlalu merasa terbebani dan enjoy saat menyusun tugas akhir nanti.

Urusan mental menjadi salah satu hal yang tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Penting untuk memperhatikan kondisi fisik dan mental, apalagi saat menyusun tugas akhir nanti. Fisik dan mental yang baik akan membangun suasana dan perasaan hati (mood) yang baik pula. Untuk itu, strategi ketiga saya dalam menyiapkan diri menghadapi tingkat akhir nanti ialah dengan selalu menjaga kondisi fisik dan mental. Bagaimana caranya?

Untuk menjaga kondisi mental, salah satu caranya ialah dengan healing! Healing itu sebenarnya bisa yang simple-simple aja, kok! Tidak harus liburan ke Puncak dulu baru bisa disebut healing. Berbagi cerita konyol dan receh serta sambat bersama teman dapat menjadi healing bagi saya. Menikmati dinginnya AC toko sembari memilih barang termurah saat belanja bulanan juga menjadi healing bagi saya. Mendengar suara antusias orang tua saat menceritakan sesuatu melalui telepon pun healing bagi saya. Yaa sebenarnya simple saja, healing versi setiap orang memang berbeda, tapi bagi saya, menikmati hal kecil dengan penuh kesadaran dan mensyukurinya bisa membuat perasaan saya sedikit lebih baik.

Selanjutnya untuk menjaga kondisi fisik yaitu dengan melakukan olahraga secara rutin. Saya sudah menjadwalkan diri untuk melakukan jogging di pagi atau sore hari. Namun sepertinya agenda ini akan sangat sulit untuk terealisasi mengingat cuaca Jakarta yang begitu tidak bersahabat alias panas betul. Bagaimana tidak? Baru keluar gerbang saja keringat sudah bercucuran. Jadi, alternatif lain ialah dengan melakukan workout berpanduan channel youtube di kamar saja. Sebenarnya berjalan kaki saja mempunyai efek yang bagus bagi fisik. Dalam sehari, saya merasa sudah berjalan cukup banyak, mulai dari jalan kaki setiap pulang-pergi kos-kampus, naik turun tangga kos, naik turun tangga JPO, naik turun tangga kampus, sampai berjalan kaki untuk membeli makanan. Selain itu, penting juga untuk menjaga pola makan dan pola tidur, yang sampai saat ini masih menjadi PR besar bagi saya.

Strategi terakhir yang tak kalah penting ialah selalu menjaga kewarasan dengan berdoa serta mendekatkan diri pada Tuhan. Saya selalu yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan tahu kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Tuhan juga lebih tahu apa yang sedang menunggu kita di depan sana. Satu hal yang akan selalu saya ingat : “Ketika merasa kesulitan, ingatlah bahwa Tuhan tidak akan menguji kita dengan sesuatu yang melebihi batas kemampuan kita.”

--

--

Dessanite43
Dessanite43

Written by Dessanite43

just a simple girl with thousand compicated mind

No responses yet